BAB 1. PENDADULUAN
1.1 Latar Belakang
Padi merupakan salah satu tanaman komoditas pangan
yang harus tersedia. Berbagai upaya dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas padi di Indonesia, salah satunya yaitu intensivikasi
pertanian. Penggunaan bahan input yang berkualitas diharapkan akan meningkatkan
hasil panen. Intensivikasi pertanian sudah diterapkan di Indonesia namun hasil
produksi masih belum mampu mencukupi kebutuhan beras secara nasional. Hal
tersebut karena tingginya populasi OPT serta penanganan yang kurang tepat.
Penanaman
padi dapat dilakukan sepanjang tahun pada daerah tropis karena perbedaan
temperatur yang tidak terlalu ekstrim. Perbedaan temperatur yang tidak terlalu
ekstrim dan lembab tersebut merupakan kondisi yang sangat disukai atau sesuai
dengan habitat hama, sehingga hama pada daerah tropis lebih banyak dibandingkan
dengan negara yang mempunyai 4
musim. Akibat yang ditimbulkan lebih kompleks, sehingga resiko kegagalan panen
pada daerah tropis lebih tinggi daripada negara yang mempunyai 4 musim. Serangan hama dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
hasil, sehingga dapat menurunkan produktifitas dan akan mengakibatkan kerugian
pada petani.
Penggunaan pestisida merupakan salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko gagal panen, dengan
syarat populasi hama telah mencapai ambang ekonominya. Pengaplikasian pestisida harus dilakukan secara
tepat agar tidak menimbulkan masalah yang baru seperti keracunan, pencemaran
lingkungan, resistensi OPT dan lainnya. Penggunana pestisida harus sesuai dengan jenis OPT
yang akan dikendalikan. Penggunaan insektisida
pada pertanaman padi cukup membantu untuk mengendalikan hama sehingga resiko
kegagalan panen dapat dikurangi.
Insektisida
adalah salah satu jenis dari pestisida. Insektisida merupakan zat kimia atau
bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan, menekan atau membunuh jasad hidup
berupa serangga yang merugikan manusia, tumbuhan dan ternak yang diusahakan
manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Penggunaan insektisida bertujuan agar
petani tidak mengalami kerugian bahkan kegagalan, sehingga dapat ditekan
seminimal mungkin adanya gangguan tersebut. Insektisida banyak digunakan untuk
membasmi populasi serangga yang ada di lahan persawahan petani. Insektisida mengandung bahan-bahan kimia bersifat racun yang
dipakai untuk membunuh serangga.
Insektisida
dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan,
kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya pada hama. Penggunaan insektisida kimia yang
berlebihan dapat menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan, selain itu penggunaan
insektisida kimia juga dapat meningkatkan jumlah residu yang ada di dalam
tanah. Serangan yang ditimbulkan oleh hama bukan hanya dapat diberantas dengan
menggunakan insektisida namun juga dapat dikendalikan dengan menggunakan musu
alami dari hama tersebut. Praktikum kali ini akan mempelajari tentang teknik
aplikasi insektisida yang dilakukan di lahan pertanaman padi sawah.
1.2 Tujuan
1.
Mengetahui cara mencampur insektisida, cairan semprot,
volume semprot, konsentrasi formulasi dan dosis penyemprotan.
2.
Mengetahui secara langsung aplikasi insektisida di
areal pertanian.
3.
Mengetahui pengaruh insektisida terhadap hama sasaran.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur
tumbuh dan perangsang tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang
digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman. Petani
menggunakan pestisida untuk membasmi hama dan gulma dengan harapan hasil produk
pertanian meningkat. Disamping dapat meningkatkan hasil produk pertanian,
pestisida mempunyai dapat negatif seperti berkurangnya keanekaragaman hayati,
pestisida berspektrum luas dapat membunuh hama sasaran, parasitoid, predator,
hiperparasi serta makhluk bukan sasaran seperti lebah, serangga penyerbuk, cacing
dan serangga bangkai (Yuantari dkk., 2013).
Menurut Zhang et.al.
(2011),
pestisida merupakan
zat atau campuran zat kimia yang
ditujukan untuk mencegah, menghancurkan, memukul mundur, atau mengurangi hama
(serangga, tungau, nematoda, gulma, tikus, dll). Pestisida memiliki beberapa
jenis sesuai dengan sasaran diantaranya adalah insektisida, herbisida,
fungisida, dan pestisida lainnya.
Definisi
pestisida bervariasi namun,
esensi dari pestisida pada dasarnya konstan yaitu adalah (campuran) zat
yang beracun dan efisien untuk organisme target
dan
aman untuk organisme non-target dan lingkungan
Insektisida
merupakan salah satu jenis dari pestisida. Bahan-bahan yang kimia yang
terkandung didalamnya dapat mengendalikan populasi pengganggu tanaman.
Mekanisme yang bekerja pada insektisida bermacam-macam, salah satunya yaitu
pada insektisida sintetik piretroid yang bekerja pada sistem saraf serangga
dengan menghambat akson yang terdapat pada kanal ion sehingga terjadi aksi
potensial yang terus menerus. Sintetik piretroid dalam mekanismenya bekerja
dengan cara mengikat protein voltage-gated
sodium chanel (VGSC) yang mengatur denyut implus saraf, sehingga implus
saraf akan mengalami hipereksitasi (kegelisahan) dan kekejangan (Ghiffari dkk.,
2013).
Insektisida
yang banyak digunakan petani adalah insektisida sintetis. Insektisida sintetis
dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu organofosfat, organoklor dan
karbamat. Jenis insektisida tersebut memiliki pengaruh yang berbeda pada
manusia dan lingkungan. Salah satu yang menyebabkan dampak yang buruh terhadap
lingkungan dan lingkungan adalah dari golongan organoklor dengan nama DDT
(Dikloro Difenil Tricloroetana). Insektisida ini tergolong bioakumulatif
sehingga penggunaannya dilarang (Dwipayanti
dkk., 2012).
Penggunaan
teknologi yang tersedia harus efektif digunakan untuk memaksimalkan produksi
pangan untuk meningkatkan kebutuhan manusia. Tindakan perlindungan tanaman atau
metode yang digunakan harus signifikan. Ketahanan
pangan dapat dicapai salah satunya dengan pengurangan
kerugian dari hama tanaman. Insektisida yang pernah diterapkan oleh peneliti adalah klorpirifos
yaitu sebuah organofosfat yang mekanisme kerjanya secara kontak, lambung dan
fumigan. Klorpirifos mudah terdegradasi dalam tanah antara 60-120 hari
aktivitas residual. Efek yang terjadi dengan menggunakan metode aplikasi
insektisida yaitu untuk mengendalikan kerusakan yang disebabkan oleh kumbang yang
merusak umbi (Tobih, 2014).
Penggunaan
insektisida sintesis secara berkelanjutan dapat mengakibatkan kerusakan pada
lingkungan dan gangguan kesehatan. Cara untuk menanggulangi dan mengurangi
dampak tersebut yaitu salah satunya dengan penggunaan insektisida botanikal
yang merupakan insektisida dari tumbuhan. Tumbuhan yang memiliki senyawa kimia
atau metabolit sekunder yang dapat mempertahankan dirinya terhadap gangguan
serangga dan organisme yang berpotensi menyebabkan penyakit. Metabolit sekunder
dapat berupa kristal, pati dan lain-lain. Metabolit sekunder biasa disimpan
dalam yumbuhan sebagai cadangan makanan, maupun sebagai penangkal serangga
(Hasanah dkk., 2012).
Jenis insektisida memiliki keefektifan
masing-masing dalam mengendalikan hama. Hal tersebut tergantung pada bahan
aktif yang digunakan dan ketepatan dalam aplikasi. Ketepatan aplikasi meliputi
tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepa tempat dan tepat cara.
Pengaplikasian yang tidak memperhatikan lima tepat tersebut akan menimbulkan
resistensi hama sehingga insektisida tidak mampu mengendalikan hama tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa insektisida yang memiliki ketahanan silang
yang tinggi adalah dari golongan organoklorin seperti aldrin, dieldrin dan
lindane (Wiyardipura, 2012).
Penggunaan insektisida majemuk biasanya menggunakan
takaran yang lebih rendah dibandingkan dengan takaran dari masing-masing
komponennya secara terpisah. Campuran bahan aktif insektisida majemuk dapat
memiliki sifat kerta meracun yang sinergisme. Dengan pertimbanganpertimbangan
tersebut di atas maka insektisida majemuk dapat digunakan dalam mengendalikan
serangga hama di perkebunan kelapa sawit (Syahputra, 2011).
Evolusi
insektisida akan terus berkembang dan akan
terus muncul di pasar. Populasi penduduk
di dunia akan terus tumbuh selama 50 tahun ke depan dan
bisa mencapai 9 miliar orang. Hal ini akan menyebabkan permintaan global
meningkat untuk makanan. Kebutuhan pangan
yang semakin meningkan dengan populasi yang tinggi mendorong penggunaan pestisida secara intensif, termasuk
insektisida. Diasumsikan bahwa pada tahun 2050, penggunaan pestisida akan 2,7
kali lebih tinggi dari tahun 2000, yang akan menempatkan orang-orang dan
lingkungan berada dalam
bahaya yang jauh lebih besar. Produsen insektisida akan memilih solusi yang paling
optimal untuk mengendalikan hama serangga. Insektisida harus aman, terjangkau,
dan efektif pada waktu yang sama (Oberemok
et.al., 2015).
Insektisida menurut cara kerja atau gerakannya pada
tanaman setelah pengaplikasian dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
insektisida sistemik, nonsistemik dan sistemik lokal.Insektisida sistemik dapat
diserap oleh tanaman melalui organ-organ tanaman seperti akar, batang maupun
daun, kemusian akan disalurkan ke seluruh bagian tanaman. Insektisida
nonsistemik merupakan insektisida yang tidak dapat diserap oleh jaringan
tanaman, tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman. Sedangkan insektisida
sistemik lokal ialah kelompok insektisida yang dapat diserap oleh jaringan
tanaman akan tetapi tidak ditransportasikan kebagian tanaman lainnya (Djojosumarto,
2000).
Djojosumarto (2008) menjelaskan bahwa pengetahuan mengenai
pengelompokan pestisida berdasarkan sasarannya sangat penting untuk ketepatan
pemilihan jenis pestisida. Insektisida merupakan pestisida yang digunakan untuk
mengendalikan hama tanaman. Kelompok insektisida dapat dibedakan menjadi dua
yaitu ovisida yang digunakan untuk mengendalikan telur serangga dan larvisida
yang digunakan untuk mengendalikan larva serangga.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan praktikum
Acara 3 dengan judul “Aplikasi
Insektisida Pada Tanaman Padi” dilaksanakan pada hari Minggu, 02 Oktober 2016 pukul 06.00-08.00 di Desa Kreongan, Patrang, Jember.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman Padi fase vegetatif
2. Insektisida
3.2.2 Alat
1.
Tali rafia
2.
Gelas ukur
3.
Kamera
4.
Pipet
5.
Alat penyemprot gendong
6.
Timba
7.
Penutup hidung dan mulut
8.
Kaos tangan
9.
Alat tulis
3.3
Cara Kerja
1.
Membuka tutup kemasan
dengan hati-hati agar insektisida tidak berhamburan atau mengenai bagian tubuh
2.
Menuangkan insektisida dalam
gelas ukur, timbangan atau alat pengukur lain dalam ember (sesuai dengan
perlakuan)
3.
Mencampur formulasi
dengan air. Pengenceran di sesuaikan dengan konsentrasi atau dosis yang di
sarankan
4.
Memperhatikan petunjuk
dalam label apabila akan di campur dengan bahan lain.
5.
Memilih tempat persiapan
insektisida yang sirkulasi udaranya lancar
6.
Mengusahakan pencampuran
insektisida jangan di dalam tangki penyemprot.
7.
Menggunakan masker dan
sarung tangan karet, dan di larang makan, minum, merokok selama pencampuran
insektisida.
8.
Waktu paling baik untuk
penyemprotan insektisida pada waktu aliran udara naik yaitu antara pukul 08.00
– 11.00
9.
Menentukan areal yang di
semprot sebelum sebelum pelaksanaan penyemprotan.
10.
Mencatat jumlah populasi
hama yang terdapat pada beberapa tempat pada areal tersebut.
11.
Membersihkan alat
penyemprot setelah selesai di gunakan, dan iar bekas cucian di buang ke lokasi
yang jauh dari sumber air dan sungai.
12.
Penyemprot segera mandi
dan pakaian yang di gunakan di cuci.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No
|
Gambar
|
Perlakuan
|
ฮฃpopulasi
hama
|
Keterangan
|
H0
|
H+1
|
H+3
|
1
|
Walang Sangit
|
Kontrol
|
3
|
2
|
1
|
Luas lahan: 123,5 m2
Lokasi: Kreongan
Jenis pestisida:
Insektisida
Formulasi: SC
Konsentrasi: 1-2 ml/l
|
Konsentrasi Tinggi (2ml)
|
K1 =9
K2 =23
K3 =18
K4 =27
K5 =27
|
K1 =5
K2 =4
K3 =6
K4 =5
K5 =15
|
K1 =10
K2 =4
K3 =6
K4 = 4
K5 =7
|
Konsentrasi Rendah (1ml)
|
K6 =21
K7 =27
K8 =46
K9 =27
K10 =15
|
K6 =
K7 =
K8 =
K9 =
K10 =
|
K6 =5
K7 =2
K8 =3
K9 =1
K10 =5
|
2
|
Wereng
|
Kontrol
|
3
|
2
|
1
|
Luas lahan: 123,5 m2
Lokasi: Kreongan
Jenis pestisida:
Insektisida
Formulasi: SC
Konsentrasi: 1-2 ml/l
|
Konsentrasi Tinggi (2ml)
|
K1 =2
K2 =5
K3 =-
K4 =0
K5 =20
|
K1 =3
K2 =3
K3 =1
K4 =4
K5=16
|
K1 =1
K2 = -
K3 = -
K4 =2
K5 =9
|
Konsentrasi Rendah (1ml)
|
K6 = -
K7 =1
K8 = -
K9 = -
K10= -
|
K6 = -
K7 =1
K8 = -
K9 = -
K1 = -
|
K6 =2
K7 = -
K8 =0
K9 =0
K10 =0
|
3
|
Kepik
|
Kontrol
|
3
|
2
|
1
|
Luas lahan: 123,5 m2
Lokasi: Kreongan
Jenis pestisida:
Insektisida
Formulasi: SC
Konsentrasi: 1-2 ml/l
|
Konsentrasi Tinggi (2ml)
|
K1 =0
K2 =0
K3 =8
K4 =0
K5 =0
|
K1 =0
K2 =0
K3 =3
K4 =1
K5 =0
|
K1 =1
K2 =0
K3 =1
K4 =0
K5 =0
|
Konsentrasi Rendah (1ml)
|
K6 =1
K7 =6
K8 =2
K9 =4
K10 =6
|
K6 =0
K7 = -
K8 =1
K9 =0
K10 =2
|
K6 =1
K7 = -
K8 =1
K9 =1
K10 =2
|
4
|
Belalang Hijau
|
Kontrol
|
3
|
2
|
1
|
Luas lahan: 123,5 m2
Lokasi: Kreongan
Jenis pestisida:
Insektisida
Formulasi: SC
Konsentrasi: 1-2 ml/l
|
Konsentrasi Tinggi (2ml)
|
K1 =9
K2 =29
K3 =26
K4 =26
K5 =20
|
K1 =3
K2 =4
K3 =0
K4 =10
K5 =11
|
K1 =4
K2 =3
K3 =0
K4 =22
K5 =7
|
Konsentrasi Rendah (1ml)
|
K6 =21
K7 =22
K8 =9
K9 =13
K10 =11
|
K6 =2
K7 = -
K8 =2
K9 =8
K10 =11
|
K6 =2
K7 =6
K8 =1
K9 =1
K10 =0
|
5
|
Kumbang
|
Kontrol
|
3
|
2
|
1
|
Luas lahan: 123,5 m2
Lokasi: Kreongan
Jenis pestisida:
Insektisida
Formulasi: SC
Konsentrasi: 1-2 ml/l
|
Konsentrasi Tinggi (2ml)
|
K1 =7
K2 =0
K3 =2
K4 =11
K5 =0
|
K1 =0
K2 =0
K3 =0
K4 =0
K5 =0
|
K1 =0
K2 =0
K3 =0
K4 =0
K5 =0
|
Konsentrasi Rendah (1ml)
|
K6 =4
K7 = -
K8 = 0
K9 =0
K10 =2
|
K6 = -
K7 = -
K8 = -
K9 = -
K10= -
|
K6 =1
K7 = -
K8 = -
K9 = -
K10= -
|
6
|
Ngengat
|
Kontrol
|
3
|
2
|
1
|
Luas lahan: 123,5 m2
Lokasi: Kreongan
Jenis pestisida:
Insektisida
Formulasi: SC
Konsentrasi: 1-2 ml/l
|
Konsentrasi Tinggi (2ml)
|
K1 = -
K2 =6
K3 = -
K4 = 0
K5 =23
|
K1 =4
K2 =3
K3 =2
K4 =5
K5 =10
|
K1 =6
K2 =1
K3 =1
K4 =0
K5 =7
|
Konsentrasi Rendah (1ml)
|
K6 = -
K7 = -
K8 = -
K9 =1
K10= -
|
K6 =1
K7 = -
K8 = -
K9 = -
K10 =2
|
K6 = -
K7 = -
K8 = -
K9 = -
K10= -
|
7
|
Belalang Sembah
|
Kontrol
|
3
|
2
|
1
|
Luas lahan: 123,5 m2
Lokasi: Kreongan
Jenis pestisida:
Insektisida
Formulasi: SC
Konsentrasi: 1-2 ml/l
|
Konsentrasi Tinggi (2ml)
|
K1 =1
K2 = -
K3 =2
K4 = -
K5 =3
|
K1 =1
K2 = -
K3 =1
K4 = -
K5 =1
|
K1 =1
K2 = -
K3 = -
K4 = -
K5 = -
|
Konsentrasi Rendah (1ml)
|
K6 = -
K7 = -
K8 = -
K9 = -
K10= -
|
K6 = -
K7 = -
K8 = -
K9 = -
K10= -
|
K6 = -
K7 = -
K8 = -
K9 = -
K10= -
|
4.2 Pembahasan
Insektisida merupakan pestisida yang digunakan untuk
mengendalikan atau menekan populasi hama pada tanaman. Berdasarkan cara kerjanya insektisida dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu sistemik, non sisemik dan sistemik lokal. Insektisida sisemik adalah
insektisida yang diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata
pada daun, meristem akar, batang,
dan celah-celah bagian
tanaman. Insektisida tersebut
akan masuk ke jaringan tanaman kemudian insektisida tersebut akan mengikuti cairan tanaman dan ditransportasikan
ke bagian-bagian tanamanlainnya, sehingga serangga akan mati jika memakan salah satu bagian
tanaman. Hal ini dikarenakan semua bagian tanaman tersebut telah mengandung racun untuk membunuh serangga. Racun
tersebut akan ikut termakan, dan masuk ke
pencernaan serangga sehingga diserap usus halus dan akhirnya serangga keracunan
dan mati (Djojosumarto, 2008).
Insektisida non sistemik adalah insektisida yang tidak
diserap oleh tanaman akan
tetapi hanya menempel pada bagian yang
dilakukan penyemprotan.
Insektisida sistemik lokal adalah insektisida yang hanya
mampu diserap oleh jaringan daun, namun tidak di translokasikan ke seluruh tubuh tanaman. Sedangkan berdasarkan cara masuk
insektisida ke dalam tubuh serangga dapat melalui tiga cara yaitu racun
lambung, racun kontak, dan racun pernafasan (Djojosumarto, 2000).
Cara
masuk insektisida dengan cara racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga
hama melalui kulit (bersinggungan lngsung). Biasanya
insektisida yang bersifat racun kontak ini merupakan aplikasi dari insektisida
nonsistemik karena insektisida tidak masuk ke dalam jaringan tanaman.
Insektisida sistemik memiliki perbedaan dengan racun kontak yaitu insektisida
sistemik lebih efektif dari pada racun kontak karena residu racun sistemik
lebih lama dari pada racun kontak. Racun kontak akan mudah menghilang pada suhu
yang tinggi. Ketika pengaplikasian racun kontak dengan disemprotkan maka hama imago
yang memiliki sayap akan terbang dan bersembunyi, setelah residu insektisida
hilang akibat pengupan atau tercuci oleh air hujan maka hama akan kembali lagi (Djojosumarto, 2000).
Insektisida sistemik memiliki residu lebih lama dari
pada racun kontak. Racun sistemik ini baik digunakan pada hama fase larva
maupun fase imago sedangkan racun kontak lebih baik digunakan ketika hama dalam
fase larva yang belom memiliki sayap. Faktor eksternal sangat berpengaruh pada
saat penggunaan racun kontak seperti faktor suhu, ketika suhu tinggi maka racun
kontak akan cepat hilang karena mengalami penguapan. Begitu pula apabila turun
hujan maka racun sistemik akan mengalami pencucian.
Berdasarkan
hasil dari pengamatan tanaman padi di daerah Kereongan, Patrang, Jember bahwa terdapat
perbedaan jumlah antara populasi hama pada tanaman padi. Hal tersebut
dikarenakan pada perlakuan kontrol tidak diberi aplikasi insektisida, sehingga
perkembangan hama terus meningkat. Hama yang ditemukan pada lahan diantaranya adalah
walang sangit, wereng, kepik, belalang hijau, kumbang, ngengat, dan lainnya
dengan jumlah yang berbeda-beda. Insektisida yang diaplikasikan di lahan menggunakan dua konsentrasi yaitu konsentrasi tinggi
dan konsentrasi rendah.
Insektisida diaplikasikan dengan cara dilarutkan
kedalam air dan kemudian disemprotkan. Insektisida yang dipakai adalah Regent
50 SC dengan konsentrasi 1-2 ml/l. Jumlah hama yang ditemukan pada tanaman padi
setelah pemberian insektisida mengalami pengurangan
jumlah. Insektisida yang diberikan pada bersifat sistemik
sehingga pada hari kedua dan hari ke tiga setelah pemberian insektisida tetap
terjadi penurunan jumlah hama. Sedangkan pada perlakuan kontrol jumlah hama
juga mengalami penurunan karena ada kemungkinan hama berpindah tempat ke lahan
yang diaplikasikan insektisida sistemik.
Insektisida yang diberikan pada tanaman padi pada
lahan menggunakan dua konsentrasi yaitu konsentrasi tinggi dan konsentrasi rendah.
Pengaplikasian
insektisida yang melebihi doses dan
dilakukan secara terus-menerua dapat menimbulkan
resistensi dan resurgansi pada lahan sawah terhadap jumlah hama yang ada serta dapat mengakibatkan
peningkatan jumlah hama yang terdapat di lahan sawah (Solihin, 2014).
Pengaplikasian
insektisida pada lahan sawah harus
memperhatikan dosis dan
konsentrasi yang digunakan di lahan. Dosis
merupakan jumlah pestisida yang diaplikasikan untuk mengendalikan OPT pada
satuan luas bidang sasaran. Rekomendasi dosis biasanya terdapat pada kemasan
pestisida sehingga akan mempermudah petani dalam menentukan takaran.
Konsentrasi aplikasi digunakan dalam pengaplikasian dengan cara penyemprotan. Konsentrasi
penyemprotan merupakan jumlah pestisida yang dicampurkan dalam satu liter air
atau bahan pengencer lainnya untuk mengendalikan OPT tertentu (Djojosumarto, 2000).
Konsentrasi dan dosis pengeaplikasian
pestisida ditetapkan oleh lembaga penelitian yang berwenang setelah melakukan
penelitian yang lama. Ketentuan dosis dan konsentrasi ini harus diikuti oleh
para konsumen dengan seksama. Menaikkan konsentrasi dan dosis dapat
membahayakan pengguna, lingkungan, musuh alami, dan pemborosan biaya. Beberapa
pestisida dapat meracuni tanaman apabila digunakan dengan melebihi dosis dan
konsentrasi. Sedangkan mengurangi dosis atau konsentrasi dapat menyebabkan
pestisida yang diaplikasikan kurang efektif. Dosis dan konsentrasi biasanya
dicantumkan dalam suatu kisaran (range)
misalnya dosis antara 1-2 liter/hektar dan konsentrasi 1,5-2 cc/l. Apabila
serangan OPT tidak terlalu berat maka disarankan menggunakan takaran rendah dan
takaran tinggi hanya digunakan pada serangan OPT berat yaitu telah melebihi
ambang ekonomi (Djojosumarto, 2000).
Faktor eksternal atau lingkungan
perlu diperhatikan juga selain konsentrasi dan dosis pada pengaplikasian
insektisida. Faktor-faktor eksternal yang perlu dipertimbangkan diantaranya
adalah gerakan udara, presipitasi, kelembapan udara dan suhu udara. Gerakan
udara mencakup gerakan udara ke arah samping (horizontal) yang biasanya disebut
angin, dan gerakan ke atas (vertikal) atau termal. Angin yang tertiup pelan
sangat dibutuhkan dalam pengaplikasian insektisidauntuk membantu menyebarkan droplet semprotan kebagian-bagian yang
sulit dijangkau oleh semprotan langsung. Penyemprotan yang dilakukan pada saat
gerakan angin vertikan akan membahayakan kesehatan karena droplet yang sangat halus dapat masuk pada saluran pernafasan (Djojosumarto, 2000).
Presipitasi mengenai hujan juga perlu
dipertimbangkan karena penyemprotan yang segera diikuti hujan akan
mengakibatkan insektisida tercuci sehingga efikasi berkurang. Kelembapan udara
dapat menjadi hambatan pada penyemprotan insektisida. Apabila kelembapan udara
kering maka akan menyebabkan droplet
dalam bentuk buliran halus yang dikeluarkan oleh nozel akan mudah menguap dan
hilang tidak mengenai sasaran. Suhu udara mempngaruhi gerakan udara ke atas dan
penguapan. Pada suhu udara tinggi potensi penguapan droplet akan semakin tinggi. Kebanyakan hama tanaman bersembunyi di
balik helaian daun pada saat suhu sangat panas (Djojosumarto, 2000).
Hama pasca panen tanaman pangan dapat menyebabkan
kerugian besar. Hama pasca panen dapat terbawa pada penyimpanan yang disebut
juga dengan hama gudang. Hama gudang merupakan hama yang selalu menyebabkan
kerusakan baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada bahan simpanan. Kerusakan
kuantitatif mengarah pada berkurangnya jumlah, sedangkan kerusakan kualitatif
mengarah pada turunnya mutu bahan simpanan yang diserangnya. Hama gudang dapat
dijumpai sejak prapanen, dalam proses pengangkutan sampai pada tempat penyimpanan
di dalam gudang (Rahman dkk., 2012).
Rahman dkk. (2012) menjelaskan bahwa dari berbagai
tempat yang dapat dihuni oleh serangga, gudang tempat penyimpanan merupakan
tempat berkembang biak yang sangat ideal bagi hama. Hal ini dikarenakan di
dalam gudang tersedia makanan yang melimpah, kondisi lingkungan yang kondusif untuk
berkembang biak, serta keadaan musuh alami yang cukup rendah. Oleh sebab itu,
induksi beberapa serangga saja dalam gudang penyimpanan dapat berkembang dengan
sangat cepat dan menimbulkan kerusakan yang sangat besar dalam waktu yang
relatif singkat.
Pengendalian yang dianggap baik dalam mengendalikan
hama ini ialah dengan memanfaatkan musuh alami dari hama tersebut.
Pengaplikasian musuh alami pada hama pasca panen tanaman pangan aman dilakukan
karena tidak menggunakan bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan
konsumen. Selain pengaplikasian musuh alami dapat pula dilakukan pengendalian
secara kultur teknis dan mekanik akan tetapi pengendalian secara mekanik akan
sulit dilakukan.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan
pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sabagai berikut:
1.
Pengaplikasian insektisida
sistemik lebih efektif dari pada racun kontak karena racun kontak lebih mudah
menguap dan insektisida sistemik memiliki residu lebih lama.
2.
Pengaplikasian insektisida
yang dilakukan pada tanaman padi lahan sawah di Kreongan, Patrang, Jember
menunjukkan adanya penurunan jumlah hama pada tanaman pada hari kedua dan
ketiga setelah penyemprotan. Hal ini disebabkan karena insektisida yang
digunakan adalah insektisida sistemik.
3.
Pengaplikasian insektisida
perlu menggunakan konsentrasi dan dosis yang tepat, agar tigak terjadi
pencemaran lingkungan, keracunan dan agar penggunaan insektisida efektif.
4.
Faktor-faktor eksternal
seperti suhu udara, kelembapan udara, gerakan udara dan presipitasi perlu
diperhatikan dalam pengaplikasian insektisida.
5.
Pengendalian hama pasca panen
atau hama gudang pada tanaman pangan lebih baik dilakukan secara hayati yaitu
dengan memanfaatkan musuh alami supaya tidak membahayakan kesehatan konsumen.
5.2 Saran
Akan lebih baik apabila semua
praktikan dapat melakukan pengamatan pada saat praktikum berlangsung, baik pada
saat pengamatan hama maupun pengaplikasian insektisida dalam menentukan
konsentrasi dan dosis serta pencampuran insektisida. Hal ini dapat menambah
pengetahuan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian.
Yogyakarta: Kanisius.
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Dwipayanti,
N. M. U., M. A. H. Suryadhi, N K. Sutiari, I N. Sujaya, I Agus Gelgel Wirasuta,
N T. Suryadhi. 2012. Pembinaan Petani di Desa Songan, Kecamatan
Kintamani-Bangli Mengenai Penggunaan Pestisida. Udayana Mengabdi, 11 (1) : 15-17.
Ghiffari,
A., Humairo Fatimi, dan Chairil Anwar. 2013. Deteksi Resistensi Insektisida Sintetik Piretroid pada Aedes
Aegypti (L.) Strain
Palembang Menggunakan Teknik Polymerase
Chain Reaction. Aspirator, 5(2) : 37-44.
Hasanah, M., I Made Tangkas, dan Jamaluddin Sakung. 2012. Daya
Insektisida Alami Kombinasi Perasan Umbi Gadung (Dioscorea
hispida Dennst ) dan Ekstrak Tembakau
( Nicotiana tabacum L). Akad Kim, 1(4): 166-173.
Oberemok, V.V., K. V. Laikova, Y. I. Gninenko, A. S. Zaitsev, P. M. Nyadar, and T.
A. Adeyemi. 2015. A Short
History of Insecticides. Plant Protection
Research, 55(3): 221-226.
Rahman, M. D., M. F. Dien,
dan J. E. Mamahit. 2012. Komunitas Serangga Hama pada Komoditi Jagung di
Kecamatan Mootilango, Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Eugenia, 18(3): 178-186.
Solihin,
A.P., Witjaksono, dan Y.A. Trisyono. 2014. Pengaruh Aplikasi Insektisida
Abamektin terhadap Populasi Wereng Batang Padi Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) (Hemiptera :Delphacidae) dan Musuh
Alaminya. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik.
Syahputra,
E. 2011. Aktivitas dan Keefektifan Insektisida Berbahan Aktif Majemuk
Thiodicarb dan Triflumuron terhadap Hama Ulat Kantong Metisa Plana pada Tanaman
Kelapa Sawit. Perkebunan dan Lahan Tropika, 1 (2) : 1-8.
Tobih,
F.O. 2014. Methods of Insecticide Application to Control Yam Tuber Beetles (Heteroligus spp; coleoptera ;
dynastidae) in Yam Monocrop System in Delta State, Negeria. Agric, 5(6) : 259-264.
Wiyardiputra, S. 2012. Keefektifan Insektisida Cyantraniliprole Terhadap Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei) pada Kopi Arabika. Pelita Perkebunan, 28 (2) : 100-110.
Yuantri,
MG. C, Budi. W, Henna. R. S. 2013. Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan
Pestisida (Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan). Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam
Dan Lingkungan, (-) : 1-2.
Zhang, W., F. Jiang, and J. Ou. 2011. Global Pesticide Consumption and Pollution:
with China as a Focus. Ecology and
Environmental Sciences, 1(2): 125-144.